[Review] If I Stay by Gayle Forman

Selasa, 14 April 2015


Judul : If I Stay - Jika Aku Tetap Di Sini
Penulis : Gayle Forman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 199 Halaman
Terbit : Februari 2011

Blurb : 
Mia memiliki segalanya: keluarga yang menyayanginya, kekasih yang memujanya, dan masa depan cerah penuh musik dan pilihan. Kemudian, dalam sekejap, semua itu terenggut darinya. 
Terjebak antara hidup dan mati, antara masa lalu yang indah dan masa depan yang tidak pasti, Mia menghadapi satu hari penting ketika ia merenungkan satu-satunya keputusan yang masih dimilikinya---keputusan terpenting yang akan pernah dibuatnya. 
"Amat sangat menyentuh." --Publishers Weekly, starred review
"Brutal sekaligus indah." --School Library Journal, starred reviewa commands.
Bercerita tentang Mia, seorang gadis yang lahir di keluarga pemusik. Ya, sepertinya hidupnya harmonis, lahir di keluarga yang bahagia, mempunyai seorang pacar yang sangat mencintainya, dan juga kegemarannya terhadap cello sebagai kepastian masa depannya yang akan cerah.

Mia Hall, ia adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang mahir bermain cello. 
Pada awal cerita, kita akan disugukan dengan narasi yang dibawakan oleh Mia, tentang salju yang sedang turun pagi itu dan menyebabkan sekolah libur. Lalu adegan selanjutnya akan terjadi di meja makan, percakapan antar anggota keluarga, Mia, Dad, Mom, dan Teddy. Mom mengatakan bahwa ia melihat foto pacar Mia di koran, yaitu Adam Wilde. Jika kalian bertanya mengapa foto Adam ada di koran, maka jawabannya adalah karena Adam adalah salah satu anggota Shooting Star, band yang sedang naik daun, Adam pun tidak sendiri di koran tersebut, tetapi bersama anggota lainnya, dituliskan di koran tersebut bahwa Shooting Star akan menjadi band pembuka tur nasional Bikini di Portland.

Pagi itu, keluarga Mia Hall merencanakan untuk pergi  berjalan-jalan sembari mengunjungi Henry dan Willow yang merupakan teman band lama Mom dan Dad. Sebelum berangkat, mereka terlebih dahulu memilik musik yang akan didengarkan dalam perjalanan, ya mungkin sempat terjadi perdebatan saat itu. Setelah musik selesai dipilih, mereka pun memulai perjalanan, saat itu jalan dihiasi tumpukan salju dimana-mana, Mia mengamati kilasan hijau gelap berupa pepohonan cemara bersaput salju, sulur-sulur tipis kabut putih, dan badai kelabu yang tebal di langit. Mobil mereka terasa hangat, Mia gembira karena bisa berada satu mobil bersama keluarganya. Lalu Mia menikmati suasana tersebut, ia kemudian memejamkan matanya.

Lalu suasana berubah, bukan lagi kehangatan yang ia rasakan. Mobil yang dikendarai Mia sekeluarga hancur berantakan. Truck Pickup bermuatan empat ton dengan kecepatan sekitar seratus kilometer per jam yang memiliki kekuatan seperti bom atom menghantam sisi penumpang mobil keluarga Mia, pintu-pintu terlepas, bangku penumpang depan terbang menembus jendela sisi pengemudi. Roda-roda dan kap depan terlempar jauh ke tengah hutan. Benturan tersebut memercikkan api pada serpihan-serpihan tangki bensin, sehingga api-api kecil menjilati jalanan yang basah. Hancur, itulah kata yang bisa mendeskripsikan mobil Dad tersebut.

Tapi Mia masih bisa melihat rupa mobil itu. Mia kemudian sadar bahwa dia berdiri di selokan pada sisi jalan, lalu ia kembali sadar bahwa rok jins, sweeter rajutan, dan sepatu bot hitam yang ia kenakan tadi pagi masih sama, masih utuh seperti saat dia meninggalkan rumah. Tapi untuk memastikan keadaan mobil tersebut, akhirnya ia memanjat parit, dan ternyata mobil keluarganya sudah berbentuk kerangka besi, tanpa bangku, dan tanpa penumpang.

Lalu kemudian Mia melihat Dad juga Mom yang ternyata meninggal ditempat. Harapan terakhirnya tinggal Teddy, sang adik. Mia bingung, Mia syok. Lalu akhirnya ia melihat ke arah parit tadi dan menemukan ada tangan yang mencuat, Mia berpikir bahwa itu pasti adalah tangan Teddy, ia pun berlari kearahnya. Namun sekali lagi ia dibuat terkejut, itu bukan Teddy, tapi ternyata itu dirinya sendiri, itu Mia Hall.

Ambulans pun mulai datang, membawa Mia ke sebuah rumah sakit terdekat. Namun itu belum cukup, akhirnya Mia diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit yang lebih baik. Namun pertanyaan utama disini adalah "Ada Apa yang Terjadi pada Mia?" Jiwa dan tubuhnya terpisah. Jiwanya masih bisa menyaksikan apa pun yang terjadi, namun tubuhnya sekarang dalam keadaan mengenaskan, bahkan sempat kritis. Sebenarnya apa yang terjadi padanya?

Lalu kemudian apa yang harus ia pilih untuk hidupnya? Apakah ia harus tetap tinggal? atau malah pergi seperti Mom dan Dad? Lagipula bagaimana Mia bisa menjalani hidup ini tanpa Mom dan Dad? Di sisi lain masih ada Adam sang kekasih yang setia ada di sampingnya.

Lalu apakah Mia memilih untuk tinggal, tetap bersama orang-orang di dunia yang masih menyayanginya? atau ia memilih untuk pergi? bersama Mom dan Dad?


Buku ini bercerita menggunakan sudut pandang orang pertama yaitu Mia. Hoho pada saat akan membaca buku ini, saya berpikir bahwa saya akan dibuat menangis dengan kisahnya. Namun, jujur saya agak kecewa karena tidak sesuai harapan saya, novel ini nggak buat saya nangis. Hampir nangis sih ya, HAMPIR. Saya rasa masih ada beberapa kata yang harus diperbaiki di buku ini, masih ada kesalahan pemenggalan kata yang membuat saya kurang nyaman. Juga saya menemukan kalimata yang errr nggak masuk akal, maksud saya disini adalah mungkin terjemahannya sedikit melenceng dari maksud sesungguhnya. 

Kelebihan dari novel ini adalah tema keluarga yang diangkat oleh Gayle Forman.
Saya rasa Mia adalah salah satu orang paling bahagia di dunia ini. Keluarga, sahabat, dan pacar yang selalu ada untuknya, juga masa depan cerah sebagai pemusik terkenal. 

Dan Adam adalah orang yang manis saya rasa, dia rela melakukan apa pun untuk Mia. Saya akui bahwa ada beberapa adegan di novel ini yang tidak pantas untuk saya baca. Oke maafkanlah saya. Dan ternyata buku ini sudah difilmkan. Apakah saya berniat menonton filmnya? Jawabannya adalah Ya! Tentu saya, tetapi sebelumnya, adegan-adegan yang errr kurang pantas untuk saya lihat sebaiknya disensor dulu ya x)

Dibalik pembatas buku If I Stay, ada sebuah kalimat, "Apa yang akan kaulakukan jika kau harus memilih?". Saya rasa kalimat itu sangat pas untuk Mia, seakan-akan bahwa Mia bertanya pada kita semua, para pembaca. Lalu apa jalan yang dipilih oleh Mia? Tetap tinggal? atau Pergi? Lalu, apakah pilihan tersebut akan berhasil? Apakah dia sepenuhnya memegang kendali penuh untuk memilih? atau apakah sebenarnya pilihan tersebut sudah ditentukan sejak awal oleh takdir?

Kemudian, bagaimana kelanjutan kisah Adam dan Mia? Tenang, sekuelnya yaitu Where She Went sudah ada di tangan. Btw, If I Stay dan Where She Went ini adalah novel punya tante saya ;3 hoho terima kasih tante! Nanti kalau selesai baca pasti dikembalikan kok. 

Rating : 3.5 dari 5

5 komentar:

  1. 'Sometimes you make choices in life and sometimes choices make you.' :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi iya itu salah satu kutipan favorit di novel ini ;3 kutipan itu ngegambarin kegalauan Mia banget >,<

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Aku pernah baca buku ini sih. Uda dulu banget. 3 tahun yg lalu mungkin? Haha. Baca indo ver-nya sih akunya, menurutku sih trlalu kaku yg gaya trjemahannya. Feelny jdi ga dpet.
    Tp krn buku ini dijadikan film, aku rada tetarik sih sm filmnya... ni lagi.. donlot dann.. lemot banget wifiiii -_- hoho
    ud nntn filmnya? Hehe yg jd adam jelek -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kak, kata-katanya kaku dan ada yang nggak masuk akal, sepertinya terjemahannya masih harus diperbaiki. Filmnya buat aku penasaran sih kak, aku juga udah nonton trailernya, hehe nanti aku download kalau ada waktu :D Iya kak, setuju! yang jadi Adam nya kurang cocok gitu, rasanya khayalan selama membaca novel langsung down pas lihat Adam versi film ;3 kalau yang jadi Mianya cantik :D

      Hapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS