[REVIEW] The Lightning Thief (Percy Jackson and The Olympians #1) by Rick Riordan

Sabtu, 22 Agustus 2020


Judul : The Lightning Thief
Penulis : Rick Riordan
Penerjemah : Femmy Syahrani
Penerbit : Mizan Fantasi
Terbit : Oktober 2013
Tebal : 436 halaman

Blurb:
Percy Jackson--dua belas tahun, disleksia dan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif)--hampir dikeluarkan dari sekolah asramanya... lagi. Tetapi, itu hanya sedikit saja dari sekian banyak masalah yang menantinya. Monster-monster tiba-tiba menyerangnya. Dewa-dewi dari Gunung Olympus berebut mencarinya, sebagian melindunginya sebagian menyerangnya. 
Masalah semakin rumit ketika Percy membuat seorang dewa marah besar. Petir Asali milik Dewa Zeus telah hilang dicuri, membuat Dewa Tiga Besar saling menyalahkan dan memunculkan konflik besar di Gunung Olympus. Tanda-tanda akan terjadinya perang mulai terlihat, dunia terancam hancur. Percy pun dituduh menjadi tersangka utama pencurian dan penyebab perpecahan para dewa. 
Kini Percy dan dua orang temannya hanya punya waktu sepuluh hari untuk mencari dan mengembalikan benda keramat tersebut dan mencegah terjadinya perang besar di Olympus. Namun, Percy harus menghadapi tantangan besar, sebuah kekuatan mengerikan yang lebih hebat daripada kekuatan para dewa sendiri.

***

“Ayahku ingin aku ke sekolah khusus?”
“Bukan sekolah,” katanya lirih. “Perkemahan musim panas.”

Aku sempat baca buku ini di perpustakaan sekolah SMA, tapi waktu itu nggak selesai. Lalu kemarin waktu libur semesteran tiba-tiba muncul rasa ingin resmi 'kenalan' sama Percy. Sebelumnya, aku sudah baca tiga buku dari Magnus Chase and The Gods of Asgards, di mana Percy sempat muncul di sana bersama Annabeth, dan dari sana aku menilai bahwa kelihatannya, berakhirnya seri Percy Jackson tidak membuat petualangan Percy berakhir begitu saja. Aku pun memutuskan bahwa, sekarang aku akan mulai menelusuri petualangan Percy sejak awal.

“Itu Kronos lagi makan anak-anaknya, iya kan?”

Meskipun tidak mengetahui kisah Dewa-Dewi Yunani sebelumnya, rasanya akan tetap mudah mengikuti alur dan pembahasan buku ini. Atau boleh deh, baca buku ini sambil searching supaya lebih tahu lagi latar belakang juga hubungan para Dewa-Dewi sebenarnya. Apalagi bahasa yang digunakan tuh memang santai, ringan, serta lucu. Cocok kalau lagi pengin baca buku ringan, tapi penuh akan petualangan. Informasi tentang hubungan para Dewa-Dewi yang dihadirkan pun terkesan secukupnya dulu aja, meskipun kalau dibuatin bagan sebenarnya bakal luas banget, tapi Rick Riordan nampaknya tidak ingin membuat kita sampai mendapatkan too much information lalu malah berakhir pusing. Dia terkesan ingin membuat pembacanya menyerap informasi yang dibutuhkan aja untuk waktu tersebut.

“Semestinya saya menyadari apa sebenarnya Bu Dodds itu. Sekarang, kita berkonsentrasi saja soal menjaga Percy tetap hidup hingga musim gugur depan.”

Hal menarik dalam buku ini adalah bagaimana Rick Riordan menciptakan benang merah dan menghadirkan universe ini hidup beriringan dengan kehidupan normal manusia. Misalnya, Half-Blood yang merupakan anak dari Aphrodite, dideskripsikan fashionable bahkan dengan tas aku lupa apakah itu Gucci atau Hermes, tapi kayaknya Gucci deh. Lalu, Hades di sini ternyata tidak sejahat yang ada di pikiranku selama ini. Selanjutnya, untuk Percy sebagai putra Poseidon, aku belum bisa merasakan hubungan emosional yang terjalin antara keduanya. Okey lah they know and (maybe) care of each other, tapi hubungan emosional antara anak dan ayahnya belum nampak. Cuma aku menangkapnya, sepertinya memang butuh proses sih, apalagi mereka selama ini nggak hidup bersama.

Menurutku, ide Rick Riordan menciptakan Half-Blood universe dan per-dewa-an ini sangatlah brilliant. Bisa dilihat dari bagaimana dirinya terus menerus mengembangkan serta mengaitkan ceritanya menjadi beberapa series, dan menampilkan diversity di dalamnya. Membuat tidaklah heran jika begitu banyak orang yang mecintai karyanya.

Tidak! Meskipun kau hewan ternak, kau sahabatku dan aku tak ingin kau mati!

Kehadiran Annabeth dan Grover sangat membantu Percy, apalagi dia masih pemula dalam menghadapi kehidupan di mana keberadaan Dewa-Dewi ini nyata adanya. Annabeth yang punya pengetahuan luas dan Grover yang memang berperan sebagai 'penjaga', mereka bertiga menjadi tim yang kompak satu sama lain.

Sebelumnya, aku sudah menyaksikan dua film adaptasi dari series ini, lalu kemudian sepanjang membaca The Lightning Thief, aku akhirnya bisa sangat amat paham mengapa respond pembaca tidaklah bagus terhadap filmnya. Bruh, banyak banget perbedaan, dan perbedaannya ini tuh bukan cuma tergolong tindakan penghilangan detail, tapi sudah sampai ke tahap perubahan alur. Misalnya keberadaan Persephone menemani Hades di dunia bawah yang muncul dalam film, padahal harusnya kan, kalau sesuai mitologi, Persephone sedang bersama Ibunya karena saat itu musim panas. Memang sih, kita tidak bisa berharap semua yang ada di buku akan serta merta divisualisasikan dalam film, mengingat bukunya memiliki tebal 400 sekian halaman dan film hanya berdurasi sekitar 2 jam atau bahkan kurang, jelas cerita di buku tersebut akan di-compress. Tapi ya untuk kali ini, menurutku sudah di luar batas.

RATING: 4/5.

1 komentar:

  1. Mitologi dewa Yunani ini memang super panjang pohon keluarganya. Dan untuk memahami siapa keturunan siapa, butuh waktu dan harus pelan-pelan saja. Saya yang belum membaca novelnya tapi suka sekali dengan filmnya. Mungkin karena cerita mengenai masa kini digabungkan dengan karakter dewa Yunani, membuat ceritanya menakjubkan, sekaligus ajaib. Makanya betah berlama-lama menonton filmnya, hehe

    BalasHapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS