[Review] Crazy Rich Asians #1 by Kevin Kwan

Sabtu, 04 Januari 2020


Judul: Crazy Rich Asians
Penulis: Kevin Kwan
Penerbit: Atlantic Books Ltd.
Terbit: 2013
Tebal: 406 halaman
ISBN: 9781782393849
Harga: Beli di BBW, Rp64.000 (diskon 20% pakai KTM)

Blurb:
When New Yorker Rachel Chu agrees to spend the summer in Singapore with her boyfriend, Nicholas Young, she envisions a humble family home and quality time with the man she hopes to marry. But Nick has failed to give his girlfriend a few key details. One, that his childhood home looks like a palace; two, that he grew up riding in more private planes than cars; and three, that he just happens to be the country’s most eligible bachelor. 
On Nick’s arm, Rachel may as well have a target on her back the second she steps off the plane, and soon, her relaxed vacation turns into an obstacle course of old money, new money, nosy relatives, and scheming social climbers.



***
Rachel Chu mendapatkan ajakan dari Nicholas Young untuk ikut 'pulang' ke  Singapura, kampung halaman kekasihnya tersebut, berhubung Nick ditunjuk sebagai best-man di pernikahan sahabatnya. Terhitung hampir dua tahun menjalin hubungan, tidak membuat Rachel mengenal keluarga Nick dengan baik. Selain terhalang jarak, Nick juga tidak terlalu sering membahas mengenai keluarganya. Sejauh ini Rachel hanya mengenal Astrid, salah satu sepupu Nick yang pernah ditemuinya, yang meninggalkan kesan cukup baik.

Menghabiskan musim panas bersama Sang Kekasih beserta keluarga besarnya, bagaimana Rachel dapat beradaptasi dalam lingkaran kehidupan Nicholas Young yang tak biasa, beserta berbagai aset, lingkup sosial, dan cara hidup yang bahkan tak pernah Rachel bayangkan sebelumnya.

***

“In Asia, there is a proper time for everything, a proper etiquette.” – page 52.
Pertama-tama aku mau bilang, kalau iya, aku telat banget baru 'mencicipi' Crazy Rich Asians di penghujung tahun 2019 padahal filmnya betul-betul booming saat tayang di bioskop. Terima kasih kepada BBW karena membawa buku ini dikunjungannya ke Makassar, dan membuatku menemukannya. Aku menyempatkan nonton filmnya dulu sebelum membaca bukunya, dan rasanya itu bukan keputusan yang buruk, karena aku malah makin semangat untuk mencari tahu bagaimana plot yang disajikan dalam buku–yang kuyakini pasti akan lebih detail dibanding di film.

Filmnya bikin aku nggak bisa move on sekitar dua minggu. AKU SUKA SEKALIIII, benar-benar my cup of tea. Meskipun ya ceritanya klise di beberapa bagian seperti kita sebut saja penilaian seseorang dari status sosial, penolakan para tetua karena alasan latar belakang keluarga (yang mungkin kalau di Indonesia dikenal sebagai babat, bibit, bobot), dan beberapa lainnya yang akan kalian dapatkan di film maupun bukunya.


Kalau aku jadi Rachel, jelas bakal culture shock juga sih. Bayangkan, selama ini hidup di lingkungan yang bisa dikatakan cukup bebas menjalani kehidupan pribadi, eh dibawa ke kampung halaman Nick, malah ketemu dengan typical lingkungan yang doyan ngomongin segala sisi baik buruknya seseorang. Tapi Nick perlu diacungi jempol sih dengan bagaimana cara dia berusaha melindungi Rachel. 

Menariknya, Crazy Rich Asians ini tidak hanya berfokus pada kegiatan dan kejadian yang mau tidak mau harus dihadapi Rachel saat menghabiskan musim panasnya di Singapura, namun juga membawa pembaca untuk melihat lebih dalam kehidupan salah satu tokoh yang sangat menarik untuk dikupas. 

“… and he would dress her like the princess she was, and she would be his forever.” – page 323.
Let's talk about Astrid. My favorite character when I watching the movie. Gila, dia itu kayak yang the real definition of dream girl gitu!! Cantik, anggun, diidolakan oleh wanita lain di luar sana, punya selera bagus, dan datang dari keluarga yang terpandang. Siapa kiranya pria beruntung yang mendapatkan hatinya? Saat membaca buku, aku terkejut dengan kehadiran Charlie Wu, Sang Mantan yang punya peran penting dan porsi yang cukup (ya meskipun I still need more and more and more interaksi Astrid dan Charlie), sedangkan di film, kehadirannya hanya ada di post credit scene, yang sangat mudah akan kalian lewatkan jika tidak punya jiwa yang sabar. 

Pada filmnya sendiri, Astrid memang berkutat dengan masalah yang sedang ia hadapi, tepatnya yang sedang keluarga kecilnya hadapi tanpa diketahui oleh keluarga besarnya. Penggambaran karakter Astrid di film dalam final keputusan menghadapi masalahnya tersebut seperti menunjukkan bahwa Astrid ini adalah  seorang independent woman. Masih terngiang jelas di kepalaku perkataannya, "It's not my job to make you feel like a man. I can't make you something you're not.", aku saat melihat scene itu betul-betul terkaget, kayak wow... girls finally.

Sedangkan pada bukunya, Astrid betul-betul memperjuangkan semuanya hingga akhir. Pokoknya cara karakter Astrid menghadapi masalah di film dan buku itu cukup berbeda. Aku jadi penasaran untuk film keduanya nanti, bagaimana kisah Astrid akan disajikan, melihat perbedaan yang cukup kontraks antara kedua dimensi ini. Tapi yang aku yakini, Charlie Wu (yang diperankan oleh Harry Shum Jr) akan mengambil peran banyak nantinya, membalas scene miliknya yang tidak diangkat pada film pertama.



Peik Lin! Seperti beberapa cerita kebanyakan, si tokoh utama wanita diceritakan punya sahabat dekat, begitu pula dengan Rachel. Peik Lin ini sahabat Rachel semasa kuliah yang kebetulan memang dia sekeluarga tinggal di Singapura, makanya Rachel nyempetin diri mengunjungi Peik Lin di sela-sela 'liburan'-nya bersama Nich. Di buku, Peik Lin beserta keluarganya digambarkan tidak pernah mendengar nama Nicholas Young, sedangkan di film, mereka keliatan heboh banget waktu dengar nama pacar Rachel itu. Ini jadi salah satu perbedaan besar sih antara dua dimensi ini, yang mengakibatkan adanya perbedaan pada  bagaimana cara dijelaskannya se wow apa keluarga Nick dari kacamata orang lain.

Kayaknya segitu dulu deh buat review kali ini. Aku kelamaan ngambil waktu buat nulis reviewnya jadinya agak lupa beberapa detail wahaha. Kalau kalian lagi butuh hiburan, aku saranin nonton film ini, nggak terlalu berat, bisa menghibur, tapi tetap dengan konflik yang menarique. Lalu, jangan lupa juga baca bukunya. Red the book, see the movie~~~

“And if I marry you, there will be no escaping it, even if we live on the other side of the world.” – Rachel Chu.


RATING:  (4/5)

1 komentar:

  1. Saya diminta menonton film ini oleh manajer tapi sampai sekarang belum menonton filmnya. Saya jubga belum baca bukunya. Masih belum tertarik. Mungkin tahun ini akan membacanya.

    BalasHapus

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS