Pages

Minggu, 25 September 2016

[Review] When Another Winter Comes by Ilana Tan


Judul : When Another Winter Comes
Penulis : Ilana Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 176 hlm
Terbit : Agustus 2016
Harga : RP69.000
ISBN : 978-602-03-3234-5 

Blurb:
Winter In Tokyo. Stories and Photos from Behind The Scenes. When Another Winter Comes, A Novella by Ilana Tan




“Apa yang bisa kauberikan kepada orang yang telah memberimu bintang-bintang di langit?”Ishida Keiko.

Ini sudah awal bulan November. Ishida Keiko dibuat kebingungan, beberapa hari lagi ulang tahun Kazuto dan dia belum memilih hadiah yang tepat untuk diberikan sebagai kado ulang tahun. Ingin membuat hadiah sendiri berupa sweter, namun Keiko berhenti di tengah pekerjaannya itu, rasanya ia tak terlalu berbakat di bidang rajut-merajut. Lalu, apa lagi ya yang bisa diberikan untuk Kazuto? Keiko tak ingin hadiah yang biasa-biasa saja, dia ingin sesuatu yang berkesan, setidaknya bisa sebanding dengan hadiah yang Kazuto berikan padanya di hari ulang tahunnya beberapa bulan yang lalu.

Memangnya, apa yang bisa Keiko berikan kepada orang yang telah memberinya bintang-bintang di langit (kamarnya)? 


***

Excited banget rasanya buat baca novella When Another Winter Comes! Maka, setelah bukunya tiba di rumah, langsung buka segel danbaca novellanya. Novella ini sendiri terdiri atas dua part. Lembaran-lembaran pertama kita akan menemukan Part 1, lalu mendekati lembaran terakhir, Part 2 akan hadir sebagai penutup buku ini. Pemenggalan antar part ini betul-betul berhasil buat penasaran. Greget ih.

Ini bagai obat kangen terhadap karya-karya Ilana Tan! Saya salah satu penggemar berat karya-karya Ilana Tan dan kangen sama karya-karya beliau! Sayangnya, saya baru baca buku ini jauh setelah nonton filmnya Agustus kemarin, saya ikut nobar bareng Dion dan Morgan lho saking excited sama proyek film Winter In Tokyo ini >,< ramai banget waktu itu.

Oke, kembali lagi ke novella ini. Keiko hadir kembali menyapa para pembaca! Kali ini, dia sedang kebingungan memilih hadiah yang tepat untuk ulang tahun Kazuto. Kalau udah ketemu Keiko sama Kazuto, ya kita nggak bakalan jauh-jauh dari moment moment yang manis, yang dijamin membuat pembaca nggak bisa nahan senyum. Dan itu lah yang akan pembaca temukan di novella ini. Kalian wajib baca ini deh pokoknya!


***

Selain novella, buku ini juga menghadirkan cerita dari orang-orang yang terlibat pada produksi film ini beserta foto-foto behind the scenes, tak lupa juga beberapa gambar potongan adegan di film, yang berhasil membuat saya rasanya ingin menyaksikan kembali film Winter In Tokyo.

Para pemeran, seperti Dion, Pamela, Morgan, dan Gigi juga mengutarakan pendapat mereka mengenai novel Winter In Tokyo, juga tantangan apa saja yang mereka lalui untuk memerankan karakter masing-masing. Beberapa di antara mereka tak merasa terlalu kesusahan untuk menjalankan perannya masing-masing, dikarenakan karakternya yang mirip dengan karakter mereka sehari-hari, sehingga lebih mudah memerankannya.

Dion yang memanfaatkan waktu luang untuk berkeliling memotret, Pamela yang nyasar saat berkeliling seorang diri, hingga Brandon Salim yang memodusi seorang pramuniaga toko sepatu. Ada-ada saja kisah mereka saat di Jepang yang berhasil menghibur saya.

Sang penulis skenario, Titien Wattimena pun merasa beruntung menggarap skenario Winter In Tokyo, dikarenakan novelnya memang sudah enak, penjelasannya jelas dan proses pergeseran karakternya juga ia sukai.

Pokoknya setelah baca buku ini, jadi tahu perjuangan di balik layar film Winter In Tokyo ^^ Kerja keras mereka membawakan hasil dengan filmnya yang cukup memuaskan bagi saya. Saya tunggu adaptasi dari salah satu dari tiga tetralogi empat musim lainnya! Terima kasih juga atas perjuangannya yang membuahkan hasil untuk film Winter In Tokyo.

3 komentar:

  1. Oh, jadi kamu tuh big fans Ilana Tan ya! Pantas saja reaksi membaca buku ini heboh sekali. Saya lupa buku Ilana Tan mana saja yang sudah saya baca. Tapi saya cenderung kurang suka dijejali romance yang berlebihan. Hemm, maaf ya, ini pendapat sendiri. Jadi pada waktu membaca satu buku Ilana Tan, saya suka banget. Bahasanya enak dan ngalir, diksinya tidak ribet. Saya kagum sekali. pas baca buku berikutnya, saya kok merasa tidak ada hal seru lainnya selain romantis. Itu yang akhirnya bikin saya belum memaca buku Ilana Tan lainnya. Semoga ada jodoh untuk mencicipi karya-karya beliau di lain waktu :)

    Recent post: Artikel Penulis Favorit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga cerita romance pak -_- masa mau dikasih cerita action

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus