Pages

Minggu, 16 April 2017

[Review] The Forbidden Wish by Jessica Khoury


Judul : The Forbidden Wish
Penulis : Jessica Khoury
Penerjemah : Mustika
Penerbit : Spring
Terbit : Maret 2017
Tebal : 404 halaman
Harga : Rp89.500
ISBN : 978-602-60443-3-4

Blurb : 

Gadis itu adalah Jinni terkuat dari semua jin.
Pemuda itu adalah pencuri jalanan. 
Saat Aladdin menemukan lampu Zahra, gadis itu dilontarkan kembali ke dunia yang tidak dilihatnya selama ratusan tahun. Kemerdekaannya terikat pada lampu, mengharuskannya untuk memenuhi tiga permintaan Aladdin. 
Namun, saat raja dari para jin menawarkan kebebasan kepada Zahra, gadis itu mengambil kesempatan itu, hanya untuk menyadari bahwa dia jatuh cinta pada pencuri jalanan itu.
Saat kemerdekaannya hanya bisa diraih dengan mengkhianati Aladdin, jalan manakah yang akan dia pilih? Apakah kebebasannya sepadan dengan kehancuran hatinya?
Source : here

“Akulah Budak Lampu, Jin hebat dari Ambadya. Aku memegang kekuatan untuk mengabulkan tiga permohonanmu. Perintahkanlah, maka aku budakmu akan patuh, wahai anak manusia, karena itulah hukum Nardukha.” – halaman 11. 

Lima ratus tahun telah berlalu sejak peristiwa besar yang menghancurkan Kota Neruby dan mengakibatkan Kota itu tenggelam di antara gurun pasir, menyelimuti harta-harta peninggalan yang tersembunyi dalam reruntuhan istana, saksi bisu pertempuran antara Nardukha, Jinni yang bernama Zahra, dan Roshana yang memegang kekuasaan sebagai Ratu saat itu. Di sana, terkubur pula sebuah lampu ajaib, di mana Jinni yang menjadi salah satu pemeran utama pertempuran lima ratus tahun lalu, terperangkap dalam lampu itu, menunggu tuan baru yang akan mengajukan tiga permohonan.


Souce : here.

“Permohonan punya cara untuk memelintir dirinya sendiri, dan tidak ada yang lebih berbahaya dibandingkan mendapatkan keinginan hatimu.” – halaman 24. 

Hingga hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, pemuda dengan bantuan sebuah cincin misterius, menemukan lampu ajaib Jinni tersebut, yang berarti menjadikan dirinya tuan baru bagi Zahra Sang Jinni. Nardukha yang mengetahui bahwa Jinni telah keluar dari reruntuhan Kota Neruby, datang kembali dengan menawarkan misi besar, Jinni harus menyelamatkan Zhian, anak Nardukha yang ditangkap oleh pawang Jin. Dan jika Jinni berhasil melaksanakannya, ia akan diberikan kebebasan.

Hingga permohonan pertama Aladdin menjadi kunci awal Jinni untuk menyelamatkan Zhian, juga mengantarkannya pada pertemuan dengan Caspida nez Anandredca, keturunan Roshana, yang tak lain adalah Habiba-nya yang tidak akan pernah Jinni lupakan.

“Apa yang kau ketahui tentang Permohonan Terlarang?” – halaman 98.

Tiga permohonan. Bayaran yang harus dibayar. Misi penyelamatan Zhian. Dan kecurigaan yang ditanamkan oleh beberapa pihak. Apakah Jinni berhasil meraih kebebasannya? Bagaimana jika ia kembali melanggar hukum paten bagi para Jin? Yaitu, tidak boleh terlibat hubungan cinta dengan para manusia. Dan, semuanya semakin rumit saat Jinni menyadari bahwa Permohonan Terlarang bisa saja terucap kapan saja, bahkan di saat ia tak menginginkannya. 


Source : here

“Aku pikir kau tahu,” katanya lirih. “Atau hanya akulah satu-satunya yang merasakannya.” – halaman 217. 


***


Sebelumnya, aku diberi kesempatan membaca half ARC 150 halaman awal The Forbidden Wish, bisa dicek di [Review Half ARC] The Forbidden Wish by Jessica Khoury Dan setelah bukunya terbit, tidak butuh waktu lama, aku langsung lanjut membaca mulai di halaman 151, menelusuri pencarian Jinni setelahnya.

The Forbidden Wish merupakan re-telling Aladdin yang diterjemahkan Penerbit Spring setelah tahun lalu mereka sukses menerjemahkan The Lunar Chronicles, di mana merupakan re-telling Cinderella, Red Riding Hood, Rapuzel, dan Snow White. Untukku sendiri, sebuah buku yang mengangkat tema re-telling sangatlah menarik, mengingatkanku pada dongeng yang menemani masa kecilku.

Jika dongeng Aladdin terfokus pada Aladdin yang berusaha mendapatkan Jasmine, maka The Forbidden Wish menyuguhkan kisah berbeda.  Main focus kita di sini bukanlah Aladdin dan Caspida sang Tuan Putri. Melainkan, Zahra sang Jinni yang berusaha membebaskan Zhian di saat di sisi lain dia juga berusaha membuat Aladdin dekat dengan Sang Putri. Ini bukan hanya kisah romance biasa.

Halaman 224, di situ cukup 'panas' ahaha. Aladdin ini ternyata diam-diam menghanyutkan dan jujur pada apa yang ia rasakan, dia itu melakukan apa yang membuat dia nyaman, meskipun begitu, aku tidak begitu mencintai karakternya, Aladdin buatku ya 'just okay'. Sedangkan Jinni, belajar dari pengalaman, ia berusaha mempertahankan aturan yang ada. Dan Caspida, aku bisa merasakan bagaimana ia mencintai rakyatnya, keberaniannya membuktikan bahwa dirinya betul-betul adalah heroine keturunan Roshana.

Bagian favoritku pada buku ini adalah di mana saat Aladdin sebisa mungkin membantu Jinni memasuki Parthenia, meskipun itu adalah hal yang sulit karena telah ada semacam mantra yang dipasang agar para Jin tidak bisa menembusnya. Ini mengingatkanku pada sebuah adegan dalam Maze Runner ketika maze akan segera ditutup tapi Thomas bersikeras masuk ke dalamnya di mana Minho dan Alby tidak bisa. Aladdin dan Zahra di sini nekad melintasi gerbang bahkan saat celah yang terbuka tinggal dikit, ough, pasti menyakitkan. 

Kurekomendasikan buku ini kepada kalian penikmat kisah re-telling seperti The Lunar Chronicles dan penyuka diksi yang indah seperti The Wrath & The Dawn. Dan, tentunya untuk kalian pecinta dongeng Aladdin dan Lampu Ajaibnya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar