Pages

Jumat, 22 April 2016

[Review] Purple Eyes by Prisca Primasari


Judul : Purple Eyes
Penulis : Prisca Primasari
Penerbit : Inari
Penyunting : Cerberus404
Proofreader : Seplia
Design Cover : Chyntia Yanetha
Terbit : Mei 2016
Tebal : 144 Halaman
Harga : Rp45.000
ISBN : 978-602-74322-0-8
Blurb:
"Karena terkadang, 

tidak merasakan itu lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi." 
Ivarr Amundsen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin. 
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh. 
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun, cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
“Terkadang, ada sesuatu yang perlu dikorbankan. Demi tujuan yang lebih baik.- Purple Eyes, halaman 86


Hades si Dewa Kematian mengajak Lyre yang tak lain adalah asistennya untuk ikut ke Bumi. Setelah belakangan ini di tempat transit banyak yang mereka temui dibunuh dengan cara yang sama persis, akhirnya Hades mendapatkan perkamen yang menandakan bahwa kasus kali ini sangat penting dan membuat dirinya harus pergi ke Trondheim, Norwegia yang merupakan tempat kejadian, untuk menangani kasus tersebut. Maka inilah yang sudah lama dinantikan oleh Hades, sebuah petualangan.

Image source  : here
Tentu saja, mereka berdua butuh penyamaran saat berada di Bumi. Tak mungkin kan Hades muncul dengan sayapnya yang hitam dan lebar itu? Akhirnya si asisten pun mempersiapkan penyamaran untuk mereka, namun Hades mempunyai pilihannya sendiri, yaitu setelan tuksedo putih gading, sedangkan Lyre lebih memilih untuk menggunakan Nordic Sweater. Penampilan Hades tentunya mengundang perhatian bagi orang-orang di sekitar mereka, tapi bukan karena ia yang terlihat aneh, melainkan karena dirinya terlihat tampan. 

Jadi di sinilah mereka, berada di Trondheim, Norwegia dengan identitas yang berbeda, bukan lagi sebagai si Dewa Kematian dan asistennya, namun sebagai Halstein dan Solveig, yang jauh-jauh datang dari Inggris untuk bertemu dengan Ivarr Amundsen, yang tak lain adalah kakak dari salah satu korban dalam kasus yang sedang ditangani mereka saat ini.

“Di negara mana pun, alasan yang berhubungan dengan cinta sepertinya merupakan sesuatu yang paling menyentuh hati." - halaman 132

Tentunya mereka menemui Ivarr masih terkait dengan kasus ini. Tapi kenapa harus Ivarr? Kenapa hanya Ivarr? Apa sebenarnya tujuan Hades? Dan apa kemudian yang bisa dilakukan Hades ketika asistennya jatuh cinta pada Ivarr? Mari mengingat fakta bahwa pemuda itu masih hidup, dan gadis itu sudah mati.

***
“Pemuda itu masih hidup, dan gadis itu sudah mati.”
Siapa yang tidak dibuat penasaran saat membaca kalimat tersebut? Apalagi jika membacanya di cover sebuah buku? Kalau saya, sangat penasaran malah. Dibuat “Ha?” saat membacanya untuk pertama kali, dan kemudian berusaha menebak-nebak isi cerita yang mungkin akan ditemukan di buku ini.

Covernya cantik sekali. Semua yang ada pada cover tersebut ternyata punya makna. Dan saya suka dengan cover yang seperti itu, saat memandang awalnya dibuat penasaran, kemudian menebak-nebak “Kok covernya gini?” tapi setelah membaca bukunya dibuat terkesan, setiap hal-nya pada cover ternyata mewakili apa yang ada pada cerita. Eh tapi waktu pertama liat cover, saya malah mengira kalau inti cerita buku ini akan mengisahkan kisah cinta dua dunia di mana sang pemuda masih hidup yang bisa melihat 'hantu' atau 'roh'  dan si gadis sudah mati akhirnya jatuh cinta, pokoknya yang dramatis dramatis gitu xD *ditabok* tapi ternyata saya salah ahaha. Iya, saya memang suka sok tahu gitu.

Ini kali pertama saya membaca karya Prisca Primasari, hal utama yang membuat saya melanjutkan membaca sebuah buku adalah kecocokan saya dengan gaya bahasa pada buku tersebut, dan saya menemukannya pada Purple Eyes ini. Saat membaca Prolog, saya tahu bahwa buku ini menjanjikan cerita yang berbeda, ceritanya mengalir, membuat saya tak berhenti untuk melanjutkan membaca halaman demi halaman, sampai tak terasa sudah berada di halam terakhir. Nggak cukup sehari buat menyelesaikan membacanya.

Purple Eyes seperti mempunyai 'magis'-nya tersendiri.


Kalau kalian bertanya siapa tokoh favorit saya di Purple Eyes ini, saya akan langsung menjawab "HADES!" yang dari awal memang sudah menarik perhatian saya. Apalagi saat dia 'memamerkan' sayapnya di hadapan Ivarr, saya dibuat tersenyum di bagian itu, yang kemudian sukses menjadi adegan favorit saya. Duh Hades, gemes deh. Saya juga terus membayangkan gimana cakepnya Hades ini *ditabok*

Eh tapi bukan berarti Ivarr tak cukup menarik lho. Ivarr yang sebelumnya lebih memilih untuk pergi ke mana-mana seorang diri, akhirnya menerima ajakan Solveig untuk menemani gadis itu berkeliling Trondheim. Namun, Ivarr  yang seakan terlihat 'biasa-biasa saja' sejak kepergian adiknya sebenarnya tak seperti itu, di dalam dirinya tersimpan emosi yang luar biasa besar, ia hanya tak bisa mengekspresikannya. Dan Solveig, kalau menurut Hades sendiri, asistennya ini setia dan patuh.

Bagaimana kedekatan Ivarr dan Solveig hingga timbulnya rasa cinta, bagaimana Ivarr yang menunjukkan perkembangan di mana awalnya ia tak bisa mengekspresikan emosinya tapi kemudian secara berkala mulai bisa merasakannya, juga bagaimana rencana Hades sebenarnya, semua bisa kalian temukan di buku ini.

Tapi saya merasa masih kurang untuk penyelesaian kasus yang menyebabkan Hades dan Lyre ke Bumi. Entah. Mungkin karena dari awal saya berharap buku ini bisa menyajikan kisah thriller dan misteri yang cukup menarik karena mengingat kasus yang ada. Tapi tak apa, di samping itu, Prisca Primasari menutup kisah ini dengan cukup adil.

Pokoknya suka deh. Ini pertama kalinya baca buku Dewa Dewa begini dan ketemu sama Hades yang memikat hati xD  Terima kasih pada Penerbit Haru dan Penerbit Inari atas kesempatannya untuk menjadi salah satu pembaca pertama. Akhir kata, saya cuma mau bilang kalau saya sangat merekomendasikan buku ini untuk kalian.


Jangan jatuh cinta padanya. Sebaliknya, buat dia jatuh cinta padamu. - Purple Eyes, halaman 42

Setelah membaca Sayap-Sayap Kecil dan Purple Eyes, saya kemudian tahu cerita seperti apa yang akan disuguhkan oleh Penerbit Inari kepada para pembacanya, dan saya memutuskan untuk membaca semua buku terbitan mereka nantinya.

Pre Order Purple Eyes sudah dibuka di OwlBookStore

Jangan lupa untuk tinggalkan komentar di review ini!

5 Bintang untuk Si Ungu ini! ★★★★★

3 komentar:

  1. Saya terharu setelah membaca paragraf terakhir review ini. *salah fokus* Hahahaha

    BalasHapus
  2. Saya memiliki postingan review novel Hujan tere Liye di website saya bersama teman2, berikut linknya http://bulubook.com/review/hujan/

    BalasHapus